Sunday, January 28, 2018

Waspadai Penyakit 'Tua' Memasuki Kepala Tiga

Sejak sebulan terakhir kaki saya sering terasa sakit, terutama bagian pergelangan kaki sampai telapak kaki. Pertama kali saya merasakan sakit ketika bangun tidur. Hari itu tanggal 22 Desember 2017, tiba-tiba saja waktu menapakkan kaki ke lantai langsung terasa sakit di kedua pergelangan kaki. Saya pun harus pelan-pelan saat berjalan.

Tidak hanya kaki, ternyata pergelangan tangan saya pun terasa sakit juga. Alhamdulillah, hanya sebelah kanan saja. Coba kalau kiri juga sakit sudah bisa dipastikan saya tidak bisa melakukan apa-apa dengan leluasa. Menyisir rambut masih bisa dibantu dengan tangan kiri, tapi mengikat rambut tangan kiri saya menyerah. Alhasil karet ikat rambut hanya dimasukkan saja ke rambut tanpa dikencangkan. Untung saya pakai hijab hehe.

Sore harinya saya izin pulang cepat karena mau pergi ke klinik bersama suami, setelah saya kirimkan foto telapak kaki kiri saya yang membengkak. Saya bertemu dengan dokter F, dan beliau bertanya "sempat demam tidak?" , "habis jalan jauh mungkin?", dan semuanya saya jawab tidak. Kemudian saya diminta untuk cek asam urat. Sempat deg-degan juga takutnya memang benar karena asam urat tinggi mengingat umur saya baru menginjak 30 tahun. Saya berpikir, "sudah setua inikah saya?". Setelah hasilnya keluar dokter bilang kalau asam urat saya rendah. Alhamdulillah, ternyata saya belum setua itu hehe. Jadi dokter mendiagnosis saya terkena arthritis atau peradangan sendi, dan beliau pun meresepkan saya beberapa obat nyeri dan bengkak.

Sekali meminum obat dari dokter alhamdulillah langsung membaik. Bengkak terlihat mengempis dan rasa nyeri pun hilang. Setelah itu obat yang seharusnya diminum 3x sehari itu hanya saya minum sekali saja dalam sehari, dan itu juga cuma obat nyeri saja.

Dua hari berikutnya kebetulan saya dan keluarga harus pulang kampung karena ada acara keluarga. Memang sudah direncanakan jauh-jauh hari. Obat-obat pun tidak lupa saya bawa kecuali obat bengkak. Sesampainya di kampung, malam hari, saya masih baik-baik saja, tidak ada rasa nyeri di kaki saya. Namun besoknya rasa nyeri itu muncul. Setelah minum obat, sembuh, tetapi jika efek obatnya sudah habis sakitnya kambuh lagi. Itu yang saya rasakan. Lama kelamaan obat pun habis dan kaki saya bengkak lagi.

Tepat seminggu setelah periksa ke dokter pertama, tanggal 29 Desember 2017, saya pun pergi ke dokter Y untuk kedua kalinya (MasyaAllah dokter ini ganteng banget tapi masih lebih ganteng ayahnya anak-anak kok hehe). Saya bercerita kalau saya sudah pernah diperiksa dengan diagnosis radang sendi. Namun, menurut beliau sakit di kaki saya ini bukan radang sendi melainkan nyeri otot yang agak kritis. Deg! Mendengar kata kritis saya jadi merinding, saya membayangkan hal yang tidak-tidak (Ya Allah jauhkan kami sekeluarga dari segala macam penyakit, aamiin). Dokter pun meresepkan beberapa obat dan salep. Oh ya, waktu diperiksa dokter juga mengecek kadar kolesterol dan gula darah saya, dan alhamdulillah semuanya normal.

Sepulangnya dari dokter saya pun meminum obat dan secara ajaib rasa nyeri nya hilang satu-dua jam kemudian. Kenapa saya bilang ajaib? Karena sudah dua dokter dengan diagnosis berbeda dan dengan obat yang berbeda pula tapi rasa nyeri di kaki saya sama-sama hilang. Haha, entahlah cuma dokter dan Allah yang tahu, sebagai pasien saya tahunya cuma ingin sembuh hehe. Tapi sayangnya, lagi-lagi setelah efek obatnya habis sakitnya kambuh lagi, sampai obatnya habis dan rasa sakit itupun datang lagi.

Tanggal 3 Januari 2018, saya sudah berada di Jakarta lagi, saya kembali ke klinik yang sama waktu periksa pertama kali. Di sana saya bertemu dengan dokter W. Kepada dokter W saya bercerita kalau saya sudah pernah periksa dengan dokter F dan cek asam urat saya rendah. Tetapi melihat tanda-tanda sakitnya dan sudah lumayan lama beliau mendiagnosis saya terkena asam urat dan bilang mungkin alatnya lagi error. Haha mungkin saja bisa jadi memang lagi error. Kemudian beliau meresepkan obat nyeri dan obat asam urat tapi obat asam urat ini hanya boleh diminun kalau sudah tidak terasa nyeri dan bengkaknya kempis. Beliau juga menyebutkan jenis-jenis makanan yang tidak boleh dimakan oleh penderita asam urat. Setelah meminum obat-obat itu rasa nyeri hilang tapi bengkaknya masih ada. Sampai beberapa hari tidak hilang juga itu bengkak, hingga akhirnya pergi ke klinik dan meminta obat bengkak yang diresepkan dokter F. Alhamdulillah bengkak hilang.

Selain obat dari dokter, saya juga meminum obat herbal untuk asam urat 2x sehari. Saya merasakan setelah meminumnya rasa nyerinya berkurang, sehingga saya jadi berpikir "oh mungkin memang saya terkena asam urat". Buat saya itu adalah hal yang mengerikan.

Untuk memastikan saya beneran asam urat atau tidak, teman saya menyarankan untuk cek lab. Beberapa hari kemudian, tepatnya tanggal 13 Januari 2018, saya pergi ke puskesmas untuk cek lab. Sebelum dicek saya diperiksa dulu oleh dokter dan beliau bilang itu kemungkinan asam urat. Kemudian beliau memberikan kertas rujukan untuk dibawa ke bagian laboratorium. Setelah diambil sampel darah, saya harus menunggu 1,5 jam untuk mengetahui hasilnya. Saya pun memutuskan pulang terlebih dahulu. Setelah 1,5 jam saya kembali ke puskesmas dan menunggu panggilan. Setelah dipanggil, saya diberi lembar hasil pengecekan. Dengan deg-degan saya buka, ada tabel yang berisi tiga jenis pemeriksaan, yaitu asam urat, kolesterol dan trigliserida, dan ternyata.. ketiganya normal alhamdulillah ya Allah. Dokter pun meralat diagnosis nya, beliau bilang kemungkinan ini hanya peredaran darah kurang lancar. Beliau memyarankan makan buah-buahan dan sayuran yang cukup dan saya diresepkan paracetamol dan vitamin B12.

Ada perasaan bahagia sekaligus bingung, karena masih belum jelas sebenarnya penyakit di kaki saya ini datangnya dari mana? karena apa? Tapi alhamdulillah sejak periksa terakhir di puskesmas kaki saya tidak pernah terasa nyeri yang amat sangat sampai saya susah jalan, hanya nyeri sedikit saja, itu juga bukan di pergelangan kaki melainkan nyeri di bagian kaki yang memerah.

Suatu ketika saya sedang menunggu angkutan umum untuk berangkat kerja, dan kebetulan pas sudah datang angkutannya penuh, jadinya saya berdiri. Awal-awal masih biasa saja. Lama-lama makin capek kok pergelangan kaki agak nyeri ya. Waduh gawat! Lalu saya melihat seorang ibu bersama anaknya hendak turun dari angkutan, saya tidak membuang kesempatan ini. Saya mendekati tempat duduk ibu itu dan begitu ibu tadi sudah berdiri saya langsung menggantikannya. Haha, terima kasih bu 😊.

Keesokan paginya setelah bangun tidur, kaki saya terasa nyeri, lagi. Lalu saya berpikir, apa gara-gara berdiri kelamaan ya kaki jadi nyeri banget? Saya pun meminum obat dari puskesmas dan nyerinya berangsung-angsur hilang.

Sejak itu saya jadi yakin kalau sakit di pergelangan kaki saya itu dikarenakan berdiri terlalu lama. Terus yang di tangan karena apa ya? Hmm entahlah hanya Allah yang tahu 😊. Sekarang saya sudah tidak pernah merasakan nyeri di pergelangan kaki saya, tinggal sakit pada bagian yang kulit yang memerah saja, itupun kalau disentuh baru terasa sakitnya.

Memasuki usia kepala 3 kita harus lebih waspada terhadap segala penyakit yang mungkin saja datang. Walaupun masih terbilang usia muda, tetapi penyakit 'tua' bisa saja tiba-tiba datang mengingat pola makan di zaman sekarang yang kurang terkendali. Oleh karena itu, saya selalu mengingatkan diri sendiri untuk menjaga pola makan hidup sehat dari sekarang. Makan enak bolehlah sekali-kali asalkan ada duitnya 😂😂😂, maksudnya asalkan tidak berlebihan. Jangan lupa olahraga sebagai penyeimbang kalori (pengingat untuk diri sendiri juga). Apabila Anda belum pernah cek darah, ada baiknya segera dilakukan untuk mengetahui kondisi kesehatan yang lebih akurat, terlebih jika Anda mempunyai (maaf) berat badan berlebih.

Semoga sharing pengalaman pribadi ini bermanfaat. Mari kita hidup sehat dan jangan lupa untuk bahagia 😊.

No comments:

Post a Comment

Reuni plus Family Trip - Klaten Part II

Di hari kedua, kami terlihat lebih kompak karena menggunakan baju yang sama. Yup, panitia sudah menyiapkan baju seragam buat kita semua. Ol...